INFOTIPIKOR.COM | PURWAKARTA – Intensitas hujan yang turun di beberapa daerah, mulai menunjukan peningkatan sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan bencana alam musiman. Seperti yang terjadi di Kabupaten Purwakarta, curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan banjir dan pergerakan tanah.
Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menuturkan, dari data yang diterima jajarannya hingga kini dilaporkan ada 7 bencana alam yang terjadi di wilayahnya. Masing-masing, bencana longsor, pergeseran tanah dan genangan air.
“Untuk longsor, terjadi di wilayah Kecamatan Bojong, Wanayasa dan Campaka. Untuk genangan air, itu di wilayah kota. Dan yang pergeseran tahan, itu di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru,” ujar Anne saat meninjau langsung lokasi pergeseran tanah di Tegalwaru, Selasa (09/02/2021).
Ihwal pergerakan tanah di Tegalwaru, Anne menjelaskan, dari data yang diterimanya itu mengakibatkan sedikitnya 11 rumah hancur, 48 rumah rusak berat, serta 12 rumah yang rusak ringan. Tak hanya itu, akibat pergeseran tanah ini, jalan desa di wilayah itu juga mengalami retak. Meski begitu, jalur tersebut masih bisa dilalui.
Anne menjelaskan, pergerakan tanah di desa tersebut memang kerap terjadi disaat pergantian musim seperti sekarang ini. Terlebih, wilayah tersebut berada di daerah perbukitan yang kontur tanahnya jenis lempung. Sehingga, saat diguyur hujan, tanah tersebut menjadi medan luncur. “Wilayah ini, memang menjadi salah satu yang kami awasi. Di 2019 dan 2020 lalu, juga sempat terjadi. Untuk 2021 ini, terjadi diakhir pekan kemarin,” jelas dia.
Sebenaranya, menurut Anne, di Pemkab telah mendapatkan rekomendasi assessment dari Badan Geologi tentang terjadinya pergeseran tanah. Dari hasil kajian, pergeseran tanah ini diakibatkan beberapa hal. Diantaranya, terjadinya alih fungsi tanah yang dulunya hutan dengan tanaman keras, sekarang menjadi menjadi kebun. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan kembali mengajak masyarakat untuk menggalakan penanaman pohon keras di lokasi tersebut.
“Hasil dari laporan Badan Geologi, salah satu penyebab longsor, itu karena adanya aktivitas penambangan batu. Saya berharap, semua pihak termasuk masyarakat bersama-sama untuk bisa menjaga lingkungan,” jelas dia.
Terkait bantuan untuk korban bencana alam, khususnya mereka yang tertimpa pergerakan tanah, untuk jangka pendeknya berupa bantuan penyediaan bahan pokok. Termasuk, menyediakan posko pengungsian sementara.
“Untuk jangka panjangnya, kami juga akan menyiapkan anggaran untuk relokasi. Supaya, warga yang selama ini terdampak tak lagi bermukim di kampung tersebut. Karena, sesuai kajian mereka harus direlokasi ke tempat yang lebih aman,” tambah dia.
Anne mengingatkan, di Purwakarta memang ada beberapa wilayah yang rawan bencana alam saat musim hujan. Longsor atau pergerakan tanah menjadi bencana alam yang paling diwaspadai. Pihaknya pun telah memetakkan wilayah yang rawan pergerakan tanah ini. Di wilayahnya sendiri, terdapat tiga jenis zona gerakan tanah. Yakni, Zona hijau (kerentanan gerakan tanah rendah), Zona Kuning (kerentanan gerakan tanah sedang), serta Zona Mereh (kerentanan gerakan tanah tinggi).
“Dari semua wilayah ini, yang diwaspadai adalah zona merah dan kuning. Untuk wilayah zona merah, tersebar di beberapa desa. Desa-desa ini, terdapat di 12 dari 17 kecamatan yang ada,” jelas dia.
Adapun 12 kecamatan yang dimaksud, sambung dia, antara lain Kecamatan Cibatu, Darangdan, Jatiluhur, Kiarapedes, Wanayasa, Pondoksalam, Pasawahan, Sukasari, Sukatani, Maniis, Tegalwaru, Plered dan Kecamatan Purwakarta kota.
Sedangkan untuk wilayah yang zona kuning atau kerentanan gerakan tanah sedang, itu berada di dua kecamatan. Yakni, Babakan Cikao dan Bojong. Kemudian, yang kategori sedang-rendah, itu di Kecamatan Campaka dan Bungursari. “Jika melihat peta, seluruh wilayah memang berpotensi longsor. Untuk wilayah rawan longsor ini kebanyakan berada di daerah perbukitan,” tambah dia.
Anne menambahkan, sejauh ini pihaknya telah menguatkan komunikasi dengan seluruh pihak terkait sebagai langkah antisipasi guna meminimalisasi dampak yang timbul dari bencana alam di pergantian musim ini. Termasuk, menyiagakan posko dan pasukan gabungan yang terdiri dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tagana, serta relawan dari forum relawan penanggulangan bencana dan Pramuka. (Red)