INFOTIPIKOR.COM – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Sleman menggelar High Level Meeting (HLM) bersama para pemangku kepentingan dan Dinas – Dinas terkait pada Rabu 5 Maret 2025.
Acara ini digelar dalam rangka mempersiapkan menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H bertempat di Sekretariat Kabupaten Sleman.
Hadir dalam acara ini yaitu, Wakil Bupati Kabupaten Sleman, Danang Maharsa, Asisten Sekda Bidang Perekonomian Kabupaten Sleman, Haris Martapa, Asisten Direktur Bank Indonesia DIY, Arya Jadi Listyo, Kepala BPS Kabupaten Sleman, Perum Bulog DIY yang diwakili oleh manager keuangan Joko Prasetyo Afrizal, Koordinator BIN Kabupaten Sleman Adhi Riyan, perwakilan Polresta Sleman, perwakilan Kodim 0732/ Sleman, dan instansi terkait lainnya.
” Wakil Bupati Kabupaten Sleman, Danang Maharsa, saat acara High Level Meeting mengatakan tingkat inflasi tahunan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diukur dari pergerakan harga di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul yang saat ini dibawah target inflasi tahunan nasional atau 2,5+/-1%,” tuturnya
Danang, menyebut tingkat inflasi tahunan DIY pada bulan Februari 2025 menyentuh angka terendah sejak tahun 2024 yaitu diangka 0,30% (year on year) sedangkan untuk tingkat inflasi bulanan DIY mengalami inflasi sebesar 0,80% (month to month) pada bulan Februari 2025.” Angka tersebut, menunjukan bahwa sedang terjadi deflasi dilingkup Daerah Istimewa Yogyakarta,” jelasnya.
Lanjutnya, Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten Non-Index harga konsumen (Non-IHK) atau tidak ditetapkan sebagai Kabupaten pantauan inflasi oleh Badan Pusat Statistik.Sehingga untuk menghitung tingkat inflasi menggunakan perhitungan Index Perubahan Harga (IPH),oleh Badan Statistik Nasional.
Sedangkan index perubahan harga mampu dijadikan acuan pengaruh kebijakan daerah, terhadap komoditas – komoditas penyumbang nilai inflasi khususnya pangan.
Ia meneruskan pada minggu terakhir bulan Februari 2025, inflasi berada di angka -3,07% penurunan ini disebabkan oleh beras 0,080%,cabai rawit 0,79%, bawang merah 0,56% .
Sedangkan untuk stok atau pasokan bahan pokok di Kabupaten Sleman, sampai bulan September 2024 silam stabil dan surplus dan juga ketersediaan komoditas pangan pokok saat ini kondisinya aman. Kami memintak kepada masyarakat, untuk bijak dan tidak melakukan penimbunan bahan pangan pokok,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua TPID Kabupaten Sleman, Haris Martapa menyampaikan bahwa langkah – langkah strategis yang akan dilaksanakan jelang hari raya Idul Fitri 1446 H tahun 2025, TPID Kabupaten Sleman membuat strategi inovasi 5K yaitu : keterjangkauan harga, ketersedian stok atau pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan High Level Meeting TPID Kabupaten Sleman sebagai bentuk sinergi bersama antar stakeholder terkait persiapan masing – masing dalam pengendalian Daerah. Hal ini, dilakukan untuk menghadapi tingginya permintaan kebutuhan bahan pokok pangan menjelang hari raya Idul Fitri 1446 H.
Haris, menambahkan TPID Kabupaten Sleman, akan menyelenggarakan pasar murah selama bulan Maret 2025 dengan inovasi baru. Kegiatan ini akan dilaksanakan dekat dengan masyarakat, yang sebelumnya dilaksanakan di tingkat Kapanewon/ Kecamatan kini dilaksanakan di tingkat Kalurahan se Kabupaten Sleman.
Pelaksanaan pasar murah ini kita bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dalam pemberian Reduksi biaya distribusi, didukung para mitra terkait diantaranya Perum Bulog, Pinsar Petelur Nasional Sleman, Gapoktan Sleman, PT.Saliman Riyanto Raharjo.” Kegiatan pasar murah ini, kami menyediakan beras premium, beras medium, minyak goreng, gula pasir, telur ayam, daging ayam.
- Disinggung soal ketersedian LPG 3 kg, Ketua TPID Sleman ini mengatakan terkait LPG 3 kg PT.Pertamina Patra Niaga telah menambah kouta fakultatif sebesar 40.880 tabung pada bulan Januari 2025, dan bulan Februari 107.940 tabung jadi kuota LPG 3 kg pada tahun 2024 sebanyak 41.884 MT atau 13.961.331 tabung. Sementara untuk tahun 2025, sebanyak 47.675 MT atau 15.891.667 tabung dengan demikian maka ketersediaan cukup,” tutupnya. (Ari Wu)