Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    INFOTIPIKORINFOTIPIKOR
    • Beranda
    • REDAKSI
    • TNI – POLRI
    • Ragam & Olah Raga
    • Daerah
    • Sosial & Budaya
    • Nasional
    • Ekonomi & Bisnis
    • Pendidikan
    • Kriminal
    • Politik & Hukum
    • Iklan
    Facebook X (Twitter) Instagram
    INFOTIPIKORINFOTIPIKOR
    Home»Sosial & Budaya»Jacob Ereste : Isra Mi’raj Hanya Mungkin Dipahami Dari Dimensi Spiritual,Tidak Dengan Kepongahan Intelektual
    Sosial & Budaya

    Jacob Ereste : Isra Mi’raj Hanya Mungkin Dipahami Dari Dimensi Spiritual,Tidak Dengan Kepongahan Intelektual

    By RedaksiFebruari 20, 2023Tidak ada komentar3 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Infotipikor.com,Oleh: Jacob Ereste (Pembina Atlantika Institut Nusantara) – Keresahan intelektual akibat kekeringan spiritual merupakan fenomena terbaru pada akhir belakangan ini,akibat ketidak berdayaan intelektualitas menjawab masalah bangsa yang berakibat pada negara. Boleh jadi sebab musababnya justru sebaliknya, negara telah menjadi penyebab rusaknya etika, moral dan akhlak,yang semakin membuat terpuruknya tata kehidupan berbangsa maupun bernegara.

    Masyarakat kampus yang mulai menyadari telah terperangkap dalam tatanan budaya material mulai sadar,bahwa keunggulan intelektual tidak cukup memadai untuk menjawab segenap kebobrokan etika,dan moral yang berkisar pada akhlak sebagai takaran kualitas dari peradaban manusia.

    Akibatnya, kejeniusan para intelektual hanya dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri atau bahkan untuk memperdaya sekaligus memusnahkan orang lain yang dianggap musuh, paling tidak untuk mereka yang diposisikan sebagai pesaing atau musuh. Sedangkan laku spiritual selalu diawali oleh niat baik, prasangka baik yang diboboti kejujuran, keikhlasan, kerendahatian serta kemampuan mengendalikan hawa nafsu atau ambisi untuk lebih unggul dari orang lain. Karena itu sikap dan sifat ugahari diperlukan untuk dijadikan pengendali egoisme, ambisi dan keinginan untuk memaksakan kehendak, tanpa mengindahkan kepetingan, pendapat maupun sikap orang lain.

    Baca Juga:  BRI KC Jakarta Warung Buncit Berbagi Kebahagiaan di Yayasan Harapan Robbani

    Dalam konteks ini, sikap dan sifat teposeliro — tenggang rasa hingga hasrat untuk menghargai orang lain — patut mendapat tempat dihati. Bisa saja tidak ada di dalam otak — sebagai sumber akal dan daya pikir — karena kemampuan daya pikir memang terbatas, tidak mungkin mampu melampaui daya jangkau yang dapat dicapai manusia lewat dimensi spiritual.

    Itulah sebabnya peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW sulit diterima oleh akal, karena Isra Mi’raj memang hanya dapat diterima oleh keyakinan atas kepercayaan kepada kekuasaan Tuhan.

    Diskusi antara Nabi pun — ketika ketika memperdebatkan kemampuan Nabi Muhammad SAW melakukan Isra dan Mi’raj hanya dalam waktu semalam mampu melakukan dari bumi ke langit lapis ke tujuh — secara matematis pun sulit untuk dipahami dalam kepongahan intelektual yang tidak memiliki getaran dari frekuensi spiritual. Karena untuk perjalan yang begitu jauh — Isra Mi’raj — sulit dicerna oleh akal sehat sekalipun. Sebab perjalan yang begitu jauh — dari bumi ke langit lapis ketujuh — walau mampu melakukan dengan kecepatan cahaya, memerlukan waktu yang cukup lama. Sebab dalam hitungan matematis, jarak dari bumi ke langit ketujuh itu hanya mungkin bisa ditempuh dengan kecepatan suara ribuan tahun lamanya.

    Baca Juga:  BRI KC Jakarta Warung Buncit Berbagi Kebahagiaan di Yayasan Harapan Robbani

    Jadi — logika dari peristiwa Isra dan Mi’rat — hanya mungkin mampu dipahami dengan keyakinan yang berbobot spiritual, tidak oleh sikap pongah kejeniusan akal yang abai pada dimensi illahiyah. Apalagi cuma sekedar kepongahan akademis yang lebih dominan memposisikan manusia sekedar menjadi tukang. Atau semacam sekrup kecil dari alat untuk dipergunakan oleh pihak lain sebagai budak upahan yang berorientasi material. Sekedar kepuasan duniawi yang jauh dari nilai-nilai Illahiah.

    Baturaden, 18 Februari 2023

    Editor : Herman.Makuaseng

    Post Views: 114
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Redaksi
    • Website

    Berani Karena Benar Tertutup Karena Salah

    Related Posts

    BRI KC Jakarta Warung Buncit Berbagi Kebahagiaan di Yayasan Harapan Robbani

    November 26, 2025

    Miss Bantul 2024 Najwa Fitria Sugiarto dan Headway Indonesia Hadiri Do’a Bersama Anak Yatim Piatu serta Dhuafa di Ponpes Makrifatullah Yayasan Kiwari Sleman

    November 23, 2025

    Bismillah, Club Peciraja Bangun Mushola Bermanfaat untuk Umat

    September 7, 2025

    Comments are closed.

    Berita Terbaru

    Serakahnomich Salah Satu Faktor‎ Bencana Alam di Pulau Sumatra

    Desember 3, 2025

    7 Buah Perda Inisiatif Pemerintah Dan DPRD Buol Diparipurnakan

    Desember 3, 2025

    Tanggapi Keluhan Masyarakat, Pemkab Buol Alokasikan Rp 22,9 Milyar untuk Perbaikan Jalan

    Desember 3, 2025

    Bupati Buol Lantik 171 PPK pada HUT Korpri ke 54

    Desember 3, 2025
    Kategori
    • Advetorial
    • Daerah
    • Ekonomi & Bisnis
    • Entertainment
    • Film
    • Iklan
    • Internasional
    • Kesehatan
    • Kriminal
    • Musik
    • Nasional
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Politik & Hukum
    • Ragam & Olah Raga
    • Religi
    • Sosial & Budaya
    • TNI – POLRI
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • REDAKSI
    • TNI – POLRI
    • Ragam & Olah Raga
    • Daerah
    • Sosial & Budaya
    • Nasional
    • Ekonomi & Bisnis
    • Pendidikan
    • Kriminal
    • Politik & Hukum
    • Iklan
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.