Budaya Oleh : (Tjhin Tju San), Infotipikor.com – Kelenteng Toasebio sudah berdiri sejak dibangun kembali pada 1751,dan saat ini sudah berusia 271 tahun.
Kongkow Budaya yang dihadiri para tamu undangan dari berbagai kalangan ini, menjadikan momentum untuk menambah silaturahmi dan sosialisasi tentang sejarah Toa Sebio.
Pada kesempatan itu, Wibowo Prasetyo menyampaikan apresiasi atas upaya Yayasan Vihara Dharma Jaya Toasebio, membangun prasasti sebagai wujud bakti kepada para pendahulu.
Serta sebagai edukasi kepada generasi penerus saat ini untuk dapat mengingat jasa dan budi baik yang dilakukan oleh para sesepuh pada masa sebelumnya, sekaligus memberikan penghormatan kepada para pendiri yayasan atas dedikasinya selama ini.
Vihara ini didirikan Sembilan orang, yakni Ferdinand Kencana Jaya, Husin Buntara Sjarifudin, Husen Buntara Sjarifudin, Agustinawati, Rachman Santosa, Lauw Kiong Hoa, Wong Sem Fie, Harjanto, dan Mujadin Pangestu.
Aroma asap hio tercium hingga ke sudut ruangan.Doa-doa dipanjatkan para pengunjung di setiap altar untuk Dewa-Dewi.
Terdapat 18 altar di wihara ini dengan masing-masing fungsi yang berbeda. Angka 1 hingga 18 pun telah dituliskan disetiap altar,guna mempermudah pengunjung. Tampak seorang pria lanjut usia kembali berdo’a dengan khusyu setelah sedikit tertatih berpindah ke altar nomor 8.
Bangunan dengan luas 1.324 meter persegi ini awalnya dimiliki oleh seorang tuan tanah dengan marga Tan, kemudian dihibahkan ke Yayasan Dharma Jaya Toasebio setelah turunan ke Empat. Dengan jumlah pengurus 38 orang.
Wihara ini ternyata mempunyai sejarah yang panjang. Melekat di dalamnya tragedi Angke yang merupakan pembantaian kolonial Belanda terhadap etnis Tionghoa,dan aksi pembakaran massal pada tahun 1740 silam.
(Redaksi)