INFOTIPIKOR.COM | KAB. BANDUNG BARAT — Investasi atau penanaman modal seakan menjadi titik terang dalam percepatan pemulihan ekonomi Jawa Barat (Jabar) yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, Jabar berkomitmen meningkatkan investasi dan mempertahankan predikat Jabar sebagai provisi terdepan dalam hal investasi.
Salah satunya Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jabar menggelar West Java Investment Summit (WJIS) 2020 secara daring dari Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, yang hari ini masih berlangsung.
Sejalan dengan itu, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan bahwa kompetensi tenaga kerja juga jadi aspek penting untuk mendukung iklim investasi di Jabar. Artinya daya saing tenaga kerja perlu mendapat perhatian khusus.
“Hakikatnya buruh adalah mitra perusahaan. Sebesar apapun investasi oleh investor kalau tidak ada buruh tidak akan ada yang bekerja, otomatis output produk tidak akan ada,” kata Uu saat membuka rakor dengan Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit Provinsi Jabar, di Kab. Bandung Barat, Selasa (17/11/20).
Apalagi, menurut Kang Uu, menghadapi era globalisasi, persaingan dengan tenaga kerja asing pun semakin terbuka. Produktivitas tenaga kerja menjadi faktor penting apakah investor mau menanamkan modalnya di suatu wilayah atau tidak.
Uu melanjutkan, kompetensi tenaga kerja sejalan dengan pemanfaatan teknologi industri. Seorang tenaga kerja harus dapat menguasai alat produksi dengan teknologi mutakhir.
“Mari kita utamakan buruh, peduli terhadap buruh selain dari segi kesejahteraan, juga dari segi kompetensinya,” katanya.
“Sehingga hadir keseimbangan antara apa yang diharapkan pihak industri, atau para investor juga apa yang diharapkan para pekerja,” tambah Uu.
Selain itu, tenaga kerja juga harus menguasasi teknologi informasi dan digital untuk menambah daya saing. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan tenaga kerja menjadi hal penting yang harus diutamakan. Tenaga kerja harus terus diasah kemampuan dan kompetensinya sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan teknologi terkini.
“Maka sinergi tripartit (industri, serikat pekerja, pemerintah) diperlukan dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten dan mampu berkompetisi dalam persaingan global,” harap Kang Uu.
Juga tak kalah penting, sistem pendidikan dan pelatihan kerja harus ‘link and match’ dengan kebutuhan pasar kerja. Sehingga kebutuhan para investor dapat segera terpenuhi oleh angkatan kerja yang berdaya saing tinggi. (Man)