Foto : H.Uu Ruzhanul Ulum
INFOTIPIKOR.COM | OPINI – Secara empiris, perjalanan politik elektoral di Indonesia tidak bisa terlepas dari peran ulama atau para politisi yang memiliki trah kuat dari para ulama. Tradisi politik elektoral di Indonesaia ini, sampai sekarang masih tidak bisa dipisahkan dari sentralisasi karismatik atau para ulama yang memiliki otoritas keumatan.
Terlepas klaim ini diterima atau tidak oleh sebagian pengamat, sejarah perjalanan politik elektoral di Indoensia telah sama-sama kita saksikan, bagaimana peran ulama dan para pelanjutnya banyak mewarnai kemenangan-kemenangan politik dari satu partai tertentu.
Bahkan kalau mau jujur, peran ulama dengan pesantrennya juga telah berjasa besar dalam melahirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Pada konteks ini harus diakui bahwa ulama, trah ulama dan dunia kepesantrenan selalu memegang peranan penting dalam mengarahkan peta politik umat Islam dan masyarakat di Indonesia.
Secara sosiologis, peran ulama sebagai salah satu rujukan masyarakat pernah di deskripsikan oleh Clifford Geertz tahun 1960. Geertz telah menunjuk bahwa peran ulama sebagai perantara budaya bagi masyarakat.
Peran “perantara penting” yang bisa mengiring satu masyakarakat untuk mengikuti pilihan-pilihan budaya tertentu berdasarkan rujukan para ulama.
Bahkan sepakat denan Eric Robert Wolf seorang antropolog menegaskan bahwa peran ulama, trah ulama dan dunia pesantren adalah komunikator utama dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan aspek-aspek sosial. Dan yang dianggap penting dari relasi kehendak lokal dengan kepentingan nasional bahkan internasional.
Dalam konteks politik elektoral, Ulama, trah ulama, santri dan dunia pesantren merupakan jejaring klientelisme dan patronase sosial yang telah memperlihatkan bukti sebagai kekuatan identitas sosial yang mampu menentukan arah dan suara politik masyarakat.
Walaupun pada konteks kekinian kadang sebagain ulama, trah ulama dan dunia pesantren hanya dijadikan sebagai ujung tombak lapis kedua dari usaha meraup suara politik kandidat atau partai tertentu.
Terlepas dari partai lain, untuk PPP sebagai rumah besar umat Islam di Indonesia tentu posisi dan peran ulama, trah ulama, santri dan orang-orang yang memiliki jejaring kuat dengan dunia kesantrian.
Dan pesantren harus ditempatkan kembali sebagai sentral komunikator utama dalam menyampaikan gagasan-gagasan politik kepartaianya, agar bisa kembali mendapat kepercayaan politik dari umat.
Oleh karena itu, tidak salah kalau dalam momentum MUSWIL Jawa Barat yang akan digelar sekitar akhir Maret, nama H. UU Ruhzanul Ulum muncul ke permukaan.
Dan sekaligus diharapkan menjadi sosok utama yang dapat mengembalikan kejayaan PPP di Proveinsi Jawa Barat. Kemunculan sosok H. UU Ruhzanul Ulum bukan sesuatu yang tiba-tiba, tetapi memiliki kapital, alasan kuat dan rasional.
Sosok yang kebetulan hari ini mendapat amanah sebagai Wagub Jawa Barat, memiliki trah kuat dari seorang ulama karismatik, kesantriannya kuat dan jejaring kepesantrenannya sangat luas. (Red)