INFOTIPIKOR.COM – Peringatan hari toleransi internasional di pondok Pesantren (Ponpes) Ma’had Al Zaytun terbesar se Asia Tenggara,dengan tema Cultivating a Cultura Of Peace (Melestarikan budaya toleransi dan perdamaian menuju Indonesia raya abadi), Sabtu(16/11).
Ponpes Islam Ma’had Al-Zaytun, pusat oendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi menuju Indonesia Raya Abadi, yang terletak di wilayah Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.
Berpusat di Masjid Lil Alamin, perayaan hari toleransi internasional dihadiri pimpinan Ponpes Al-zaytun Syaykh Panji Gumilang, ratusan tokoh lintas agama, dewan guru, ribuan santri dan para undangan.
Pimpinan Ponoes Ma’had Al-Zaytun Syaykh Panji Gumilang, dalam sambutannya bergema. Bahwa, Ma’had Al-Zaytun saat ini menjadi mercusuar pusat toleransi perdamaian dunia, dengan Al-Zaytun.org
“Mari dengan serentak kita kumandangkan apabila ada kata-kata toleransi dalam menyambut hari toleransi internasional ini. Bahwa, AL-Zaytun adalah bagian daripada dunia.
“Selamat memperingati hari toleransi antar bangsa ini,” Kata Syaykh Panji Gumilang selaku pemimpin Ponpes Ma’had Al Zaytun.
Selanjutnya, Panji Gumilang, mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran semua peserta, dan mengajak untuk bersama-sama memperingati hari toleransi internasional.
Dengan tema “Menumbuh Kembangkan Budaya Toleransi” Syaykh Panji Gumilang, mengenang lima orang yang dikatakannya sebagai penggerak di kampus Ma’had Al-Zaytun atau persiapan kampus tersebut adalah, seperti saat pembebasan lahan yaitu Haji Sarwani (Alm), dan yang lebih junior Haji Imam Supriyanto, namun tidak berada di sekitar kita, dan junior lainnya yaitu Imam Prawoto, Ahmad Zaim Prawiro Utomo, dan Ikhwan Triatmo, yang kemudian dijelaskan oleh Syaykh Panji Gumilang kepada lima tokoh tersebut bahwa tujuan pendirian Ma’had Al-Zaytun adalah menumbuh kembangkan toleransi.
“Al-Zaytun adalah pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian, yang kemudian saat ini visi tersebut disempurnakan dengan menambahkan frase “Menuju masyarakat sehat cerdas dan manusiawi,” ujarnya.
Masih dikatakan Panji Gumilang, dirinya menekankan, bahwa yang bisa mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian adalah orang yang terdidik bukan terpelajar, dan dipraktekkan dalam keseharian bukan diteorikan.”Itu dasar negara. Praktekan itu dasar negara, kita toleran,”harapnya.
Panji menambahkan, di Ma’had Al-Zaytun sudah ditanamkan bahwa minoritas itu bukan agama, tetapi minoritas diartikan sebagai orang yang tidak mau memahami dasar negara kita, sehingga di Indonesia, seseorang menjadi tidak toleran karena masih banyak ditemukan minoritas.
“Salah satu contoh, saya punya teman bernama Robin Simanulang dan dia mengatakan bahwa saya adalah minoritas, lalu saya tanya dia. “Anda percaya pancasila? Dan dia menjawab “percaya”, maka saya tegaskan. bahwa di bangsa ini semua adalah mayoritas.
Tak hanya itu. Syaykh Panji Gumilang, juga mengkritik sistem pendidikan yang saat ini terfragmentasi antara Menteri Pendidikan dan Menteri Agama. Ia menyarankan agar pendidikan di Indonesia disentralisasi untuk memastikan kualitas dan kontrol yang lebih baik.
“Dengan adanya pusat pendidikan yang terintegrasi akan menciptakan generasi muda yang terdidik dan memahami nilai-nilai toleransi,” pintanya
Acara dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan dan sekaligus syukuran dengan makan nasi kuning tumpeng bersama sama dari atas kapal kayu tradisional kontemporer dengan berat 600 Gross Ton lebih bernamakan LKM. K-02. KM. Gunung Pulosari.
Acara diakhiri dengan harapan agar semua peserta dapat menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari dan terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang damai. Dengan semangat kebersamaan, Panji Gumilang mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan visi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Sementara itu, Budayawan asal Jogja dan selaku inisiator kegiatan Dr. Haryadi Baskoro dihadapan Audiens memaparkan, Ensiklopedia tersebut diinisiasi oleh dirinya, Drs. Jozep Edyanto S.E. dibidang digital, Pulung W Pinto bidang seni, Yupiter Ome dan Suharmanto dibidang media, melakukan kerjasama berskala besar (KSBB) dengan pihak Ma’had Al-Zaytun,”paparnya.
“Visi ini menjadi pusat episentrum, dan bukan hal yang baru di ma’had Al-Zaytun. Pada tahun 1994 mengimpertasi sudah diamalkan maka waktunya kita bagikan kepada dunia bukan karena sok hebat tapi karena memang kita sudah belajar, dan proses belajar itu mendorong manusia untuk menjadi ahli, karena sungguh-sungguh mempraktekkan,” pungkas Haryadi Baskoro,
(Ari Wu)