Reporter : Ari Wu
Editor : Herman Makuaseng
INFOTIPIKOR.COM – Seminar Gerakan Kebangsaan Indonesia Terang (GKIT) adalah sebuah aktivitas sosial kemasyarakatan yang berfokus pada isu kebangsaan (nasionalisme) untuk membawa kemajuan bangsa dan negara Indonesia. GKIT diresmikan dan diluncurkan pada Sabtu 19 April 2025 di Hotel Savita Garden Inn di Yogyakarta.
GKIT tidak berbentuk organisasi massa (ormas) tetapi merupakan jejaring (network). Strategi kerja GKIT adalah sebagai berikut:
Ada tim inti yang merupakan sekelompok kecil yang visioner untuk melakukan gerakan ini secara nasional dan global.
Tim inti merajut dan menggalang sinergi dan kolaborasi multistakeholder untuk bersama-sama membina sumber daya manusia yang berjiwa nasionalis.
Kolaborasi itu membentuk sebuah jejaring kebangsaan yang diarahkan untuk berkarya nyata bagi kemajuan bersama dengan semangat nasionalisme.
Dengan demikian Indonesia Terang bukan sekedar wacana dan narasi, tetapi bagaimana elemen-elemen di negeri ini berkolaborasi untuk berkarya nyata bagi bangsa.
GKIT juga tidak semata-mata gerakan kontra narasi dari Indonesia gelap. Dasar pemikiran gerakan ini justeru bertumpu pada pesan optimistik Presiden Soekarno dalam Amanat Peringatan HUT Proklamasi RI ke 1 pada 17 Agustus 1946 di Yogyakarta. Bung Karno berkata, Gelap, gelap dunia di sekeliling kita, akan tetapi di dalam bathin kita terang benderang, menyala-nyala api kemerdekaan dan api kebangsaan.
Adapun tim Pemimpin GKIT adalah Dr. Cornelius Ronowijoyo, Ph.D (Pembina 1), Pdt. Daniel Benyamin Warokka (Pembina 2), Pdt. Arief Arianto (Ketua), Surya Wijaya (Wakil Ketua), Dr. Haryadi Baskoro (Sekretaris), dan Jozep Edyanto (Bendahara).
Menjelang peluncuran GKIT, tim Oemimpin GKIT bersilaturahmi dengan Bupati Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Harda Kiswaya (17 April 2025). Pada kesempatan silaturahmi itu, tim GKIT menyatakan dukungan untuk pembangunan di Kabupaten Sleman dengan menghibahkan perpustakaan-perpustakaan digital untuk sekolah-sekolah yang ada di kabupaten tersebut. Dukungan itu disambut baik oleh jajajaran Bupati yang mencakup Kepala BAPPEDA dan Kepala Dinas Perpustakaan Daerah.
Sambutan dari Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakili oleh utusannya. menyampaikan,Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang saya hormati, Bapak Dr. Cornelius D. Ronowidjoyo, M.A.; segenap narasumber, dan hadirin sekalian.
PERTAMA-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita dapat berkumpul dalam forum mulia ini, untuk merawat kembali benang merah keindonesiaan, dalam bingkai seminar kebangsaan.
Saya percaya, bangsa besar tidak dibangun hanya oleh infrastruktur fisik, melainkan oleh infrastruktur nilai. Dan nilai kebangsaan adalah pondasi dari rumah besar bernama Indonesia. Maka forum seperti ini bukan hanya penting, tapi menjadi sebuah urgensi.
Saudara-saudara sekalian,
Saat ini kita hidup dalam dunia yang saling terhubung tetapi sekaligus rentan. Ketegangan geopolitik dunia, krisis iklim, revolusi teknologi berbasis AI, hingga ancaman disinformasi, dan polarisasi sosial adalah realitas yang tidak bisa kita abaikan.
Dunia saat ini tidak kekurangan inovasi, tetapi justru kekurangan kedalaman makna dan nilai.
Di tengah itu semua, Indonesia menghadapi tantangan kebangsaan internal kebhinekaan yang diuji oleh intoleransi, serta menurunnya kepercayaan generasi muda terhadap narasi kebangsaan. Di sinilah peran kita semua menjadi amat penting: mengembalikan rasa memiliki terhadap Indonesia, bukan hanya sebagai identitas administratif, tapi sebagai rumah nilai.
Dalam upaya ini pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas elemen: agama, akademisi, budaya, komunitas, dan tentu generasi muda. Solusi nasional tidak semata terletak pada regulasi, tetapi pada kebangkitan nilai dari akar ke pucuk.
Pendidikan karakter, literasi digital, ekonomi berbasis kerakyatan serta budaya politik yang dewasa, semuanya harus ditanamkan kembali sebagai ekosistem kebangsaan yang hidup dan menyatu.
Untuk itu, marilah merenungi kembali ajaran moralitas Jawa. “Sangkan Paraning Dumadi” – mengajarkan kita untuk tidak lupa asal-usul, dan selalu sadar tujuan keberadaan.
Dalam konteks kebangsaan, ini adalah ajakan untuk tidak lupa akar budaya dan sejarah, sambil terus melangkah ke depan dengan kesadaran dan tanggung jawab sebagai bangsa yang berdaulat.
Selanutnya, nilai Hamemayu Hayuning Bawanua-merawat harmoni dunia tidak hanya menjadi ilusi filosofi, tapi dapat menjadi platform etika kebangsaan Indonesia: membangun tanpa merusak, maju tanpa meninggalkan, dan kuat tanpa menindas.
Saudara-saudara sekalian,
Seminat ini bukan sekadar ruang wacana, tetapi ladang penabur kesadaran kita semua adalah penanda zaman, bahwa di tengah derasnya arus perubahan masih ada nurani yang memilih untuk menjaga bara kebangsaan tetap menyala.
Mari kita pulang, dari forum ini dengan tidak hanya membawa catatan, tetapi membawa tangggung jawab moral untuk terus menyemai nilai-nilai keindonesiaan dalam ruang hidup kita masing-masing. Karena sejatinya, menjaga Indonesia adalah tugas kita semua yang mengaku bagian dari tanah ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing langkah kita semua, menuntun setiap niat baik, menjadi kerja nyata demi langgeng-nya Bangsa Indonesia.
Sekian, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” tutupnya.