Oleh : Ari Wu
Editor : Herman Makuaseng
INFOTIPIKOR.COM – Pengajian pekanan Majelis Makrifatullah kembali digelar di Ponpes Makrifatullah (Masjid Jamilah), Dusun Banaran, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Yogyakarta, pada Ahad (23/11/2025). Pengajian diisi oleh Kyai Haji Habibullah, yang menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya selalu eling marang Gusti Allah.
Dalam tausiyahnya, Kyai Habibullah menegaskan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang menjaga dan mengingatkan manusia agar menjadi pribadi yang benar serta selamat dunia dan akhirat. Ia mengingatkan bahwa Allah tidak memaksa manusia masuk Islam, sebab setiap manusia diberi akal untuk berpikir, merasakan, dan membedakan mana yang benar dan salah. Nabi Muhammad SAW menjadi suri teladan terbaik bagi seluruh umat.
Kyai Habibullah juga menyinggung bahwa manusia merupakan makhluk paling sempurna sebagaimana disebutkan dalam Surah At-Tin ayat 4. Kesempurnaan itu terlihat dari proses penciptaan yang bertahap, pemberian akal, serta kemampuan fisik dan spiritual yang tidak dimiliki makhluk lain.

Dalam pengajian tersebut, Kyai Habibullah turut menyinggung ramalan Jangka Jayabaya seperti “pasar ilang kumandange” dan “kali ilang kedunge”. Ungkapan tersebut menggambarkan perubahan zaman—baik dalam pola perdagangan maupun kondisi lingkungan—yang bisa menjadi renungan bagi manusia agar lebih bijak menjaga bumi dan moralitas.
Beliau menekankan bahwa hidup ini seperti berada di tengah samudra: apa yang ditanam itulah yang akan dipetik. Prinsip “sopo nandur bakal ngunduh” menjadi pengingat agar manusia memperbanyak amal saleh sebagai bekal keselamatan.
Kyai Habibullah juga mengutip Surah Al-Furqan ayat 64, yang menggambarkan hamba Allah yang menghidupkan malam dengan sujud dan berdiri. Menurutnya, salat malam menjadi ibadah yang lebih jauh dari riya’ dan menjadikan hati lebih khusyuk.
Diakhir tausiyah, beliau mengajak jamaah untuk mawas diri, tenang dalam bertindak, bertakwa, bertawakal, bersyukur serta menjauhi sifat sombong dan takabur, karena sifat tersebut merupakan godaan setan. Ia juga mengingatkan pelajaran dari peristiwa Isra’ Mi’raj, di mana Nabi Muhammad SAW diperlihatkan bahwa kebanyakan manusia masuk neraka ( wanita )karena tidak menjaga lisannya. Oleh karena itu, jamaah diminta untuk selalu menjaga ucapan dan menghindari ghibah agar selamat dunia akhirat.

