INFOTIPIKOR.COM | SLEMAN – Pengajian pekanan Majelis Makrifatullah digelar di Pondok Pesantren Makrifatullah, Masjid Jamilah, Yayasan Kiwari, Dusun Banaran, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (21/12/2025).
Kegiatan ini mengulas makna dua belas bulan dalam Islam serta keutamaan empat bulan istimewa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 36.
Pengajian dihadiri Kyai Haji Habibullah selaku pendakwah, serta diikuti jamaah lansia, santri, dan warga sekitar. Kegiatan sinau bareng ini bertujuan menambah pemahaman keislaman dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama ilmu.
Dalam tausiyahnya, Kyai Haji Habibullah menjelaskan bahwa dari dua belas bulan dalam setahun, terdapat empat bulan mulia (Asyhurul Hurum), yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Pada bulan-bulan tersebut, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah dan menjauhi perbuatan zalim karena pahala kebaikan dilipatgandakan, sementara dosa memiliki dampak yang lebih berat.
Ia menyampaikan materi dengan pendekatan kisah dan budaya, salah satunya melalui cerita wayang Dasamuka yang memiliki sepuluh wajah. Menurutnya, hal tersebut menggambarkan beragam peran manusia di dunia—santri, petani, pedagang, hingga pekerja—yang seluruhnya berada dalam ketetapan dan kehendak Allah SWT maha pengasih dan maha penyayang.
Kyai Habibullah juga mengibaratkan kehidupan manusia seperti rapor sekolah. Setiap amal perbuatan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat, sebagaimana seorang siswa menerima rapor hasil belajar.
Lebih lanjut, ia menekankan keutamaan masing-masing bulan mulia, di antaranya Rajab sebagai bulan persiapan menuju Ramadhan, Dzulhijjah dengan keutamaan ibadah haji dan kurban Muharram dengan anjuran puasa Asyura, serta Dzulqa’dah sebagai salah satu bulan mulia yang mengajarkan pengendalian diri.
Selain pembahasan keilmuan, Kyai Haji Habibullah juga mengingatkan pentingnya adab dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga kesopanan dalam berpakaian, etika makan sesuai tuntunan Rasulullah SAW, serta meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan dalam Al-Qur’an.
Pengajian ditutup dengan doa bersama. Di akhir kegiatan, Kyai Haji Habibullah berpesan agar Majelis Makrifatullah dan TPQ Al-Alim terus menjadi wadah pembinaan akhlak dan keilmuan bagi masyarakat, baik anak-anak maupun lansia.
(Ari Wu)

