INFOTIPIKOR.COM – Kabik Amaz Jasikha, atau yang akrab dipanggil Cika, adalah sosok pemudi asli Murung Raya, Kalimantan Tengah, yang terpanggil untuk memberdayakan kaum perempuan berbasis poros budaya Yogyakarta dan Kalimantan Tengah.
Pengalaman studinya hingga lulus di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogya dan aktivitas sosial politiknya di Murung Raya, menginspirasinya untuk merajut sinergi budaya di dua daerah ini.
Menurut Kabik, dua daerah ini sama-sama bercirikan semangat kebudayaan dan kepahlawanan, dimana Kalimanten Tengah terkenal dengan tokoh pahlawan nasional Tjilik Riwut, hal ini diungkapkan Kabik di Yogyakarta kepada media Infotipikor.com, Kamis 24 Januari 2024
Dalam rangka merintis gerakan perempuan, Kabik telah menjalin sinergi dengan peneliti perempuan Dr. Basilica Dyah Putranti, yang aktif di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM Yogyakarta.
Dr. Basilica menyambut baik kunjungan, diskusi, dan ajakan Kabik untuk bersama-sama menggerakkan pemberdayaan perempuan di Yogya, Kalimantan Tengah, dan Indonesia.
Dalam kunjungan ke UGM itu, Kabik didampingi oleh anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Yetro M. Yoseph, pakar Keistimewaan Yogya Dr. Haryadi Baskoro, dan Tim HP Managemen Pulung Wahyu Pinto SH.
Sebelum berdiskusi dengan Dr. Basilica, Kabik juga bertandang ke kantor pakar kebijakan Prof. Dr. Gabriel Lele di FISIPOL UGM.
Sebagai pembelajar dan praktisi perempuan, Kabik, merasa perlu belajar banyak dari Prof Gabriel yang banyak menangani masalah-masalah pembangunan di daerah. Dari diskusinya dengan Prof Gabriel, Kabik merasa perlu mendorong para pemimpin perempuan muda untuk lebih proaktif berkontribusi dalam pembangunan.
Mengenai gagasan tentang “poros budaya” Yogyakarta-Kalimantan Tengah, itu muncul setelah Kabik banyak bersinergi dengan Dr. Haryadi Baskoro, yang adalah peneliti dan penulis buku-buku tentang isu-isu Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kabik, bersama Haryadi Baskoro, juga sedang menulis buku tentang kebudayaan Yogya dan Kalimantan Tengah. Sebab, di Yogya juga terdapat banyak orang dan mahasiswa asal Kalimantan Tengah yang tetap melestarikan budayanya, dan bersinergi dengan masyarakar serta kebudayaan Yogyakarta.
Keberadaan masyarakat Dayak di Yogyakarta berkontribusi memperkuat kebhinneka-tunggal-ika-an budaya Yogya yang didukung oleh Undang-Undang Keistimewaan DIY.
Dalam rangka merajut poros budaya Yogya-Kalimantan Tengah, Kabik juga menjalin sinerginya dengan elemen-elemen sosial-budaya yang ada di DIY. Pertama, Kabik bersinergi dengan jejaring entrepreneur di DIY, salah satunya adalah HP Managemen yang dikelola Pulung Wahyu Pinto.
Kabik sendiri juga begerak di bidang kewirausahaan fashion dengan brand “Kabik Linen”. Dalam usahanya itu, Kabik memberdayakan para difabel sebagai pengkarya yang dengan demikian dapat meningkatkan perekonomian mereka.
Kedua, Kabik juga bersinergi dengan para aktivis Forum Gerakan Nasional Toleransi dan Perdamaian (FOKASI) yang dipimpin oleh Suharmanto, dan Yupiter Ome di Yogyakarta.
Yupiter adalah salah seorang tokoh aktivis perdamaian yang berpengalaman turut yang menyelesaikan kasus-kasus konflik etnis.
Suharmanto, adalah pembina Yayasan Kiwari yang bergerak dibidang sosial, iemanusiaan dan kegamaan (membangun Panti Pesantren Yatim dan Dhuafa, Pondok Pesantren Lansia dan pondok pesantren berbasis budaya)
Ketiga, Kabik bersinergi dengan para sahabat dari Gerakan Cinta Batik sebagai Mahakarya Indonesia (GCBMI) yang dirintis sejak 2016 oleh Pulung Wahyu Pinto SH, Livy Laurens MACE MA dan kawan kawan.
Pada akhir Januari 2025 ini, Kabik akan ikut melepas keberangkatan Tim GCBMI ke Bangkok, Thailand untuk meluncurkan buku “Yogya The World’s Batik City” karya Haryadi Baskoro.
Keempat, dalam rangka memajukan toleransi dan perdamaian, Kabik juga bersinergi dengan para aktivis pelayanan lintas agama. Untuk kelompok Kristen, di akhir bulan Januari 2025 ini, Kabik mendukung acara bedah buku “Mahasiswa Kristen Pemimpin Masa Depan Indonesia” karya Yetro M Yoseph, Haryadi Baskoro dan Pulung Wahyu Pinto.
(Ari Wu)