INFOTIPIKOR.COM | BANDUNG – Sebanyak 8 peserta berkebutuhan khusus mengikuti Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung melalui jalur mandiri dengan sistem Computer Based Test (CBT) di gedung Lecture Hall Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) dari tanggal 17-24 Juli 2024.
Rektor UIN SGD Bandung Prof Rosihon Anwar, didampingi Wakil Rektor I, Dr. H. Dadan Rusmana, Kepala Pusat PMB, Dr. M. Erihadiana, Kepala PTIPD, Mohamad Irfan, Ph.D., menjelaskan, CBT merupakan jalur penerimaan mahasiswa baru (reguler, difabel dan moderasi beragama) serta 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang dilaksanakan melalui media tes secara komputerisasi (CBT).
“Dari 6.576 peserta yang mengikuti ujian CBT, ada 8 orang yang berkebutuhan khusus,” tegasnya saat melakukan monitoring pelaksanaan CBT, Senin (22/7/2024).
CBT jalur mandiri UIN SGD Bandung 2024 ini ramah disabilitas. “Platform yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman ujian yang inklusif dan ramah disabilitas. Kami memahami pentingnya aksesibilitas dalam pendidikan dan berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap peserta ujian, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, dapat mengikuti ujian dengan nyaman dan tanpa hambatan,” jelasnya.
Paling tidak ada sembilan fitur-fitur unggulan aplikasi ramah disabilitas :
Pertama, Navigasi mudah dan intuitif. Antarmuka pengguna yang sederhana dan mudah digunakan, dirancang untuk memudahkan semua peserta ujian dalam mengakses fitur-fitur yang tersedia.
Kedua, Dukungan pembaca layar. Kompatibilitas dengan berbagai perangkat pembaca layar untuk membantu peserta ujian dengan gangguan penglihatan.
Ketiga, Kontras warna yang dapat disesuaikan. “Opsi untuk menyesuaikan kontras warna dan ukuran font guna memudahkan peserta ujian dengan gangguan penglihatan,” paparnya.
Keempat, Penggunaan keyboard yang optimal. Semua fungsi dan navigasi dalam aplikasi dapat diakses untuk mendukung peserta ujian dengan keterbatasan motorik.
Kelima, Teks alternatif pada gambar. Setiap gambar dan grafik dalam aplikasi disertai dengan teks alternatif (alt text) untuk memberikan deskripsi bagi peserta ujian dengan gangguan penglihatan.
Keenam, Pemberitahuan audio dan visual. “Pemberitahuan yang disajikan dalam bentuk audio dan visual untuk memastikan setiap informasi penting dapat diterima oleh semua peserta ujian,” tuturnya.
Ketujuh, Waktu ujian yang fleksibel. Fitur penambahan waktu ujian untuk peserta ujian yang membutuhkan tambahan waktu sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kedelapan, Ruang ujian khusus. Penyediaan ruang ujian khusus yang dirancang untuk kenyamanan peserta ujian dengan kebutuhan khusus, termasuk fasilitas yang mendukung aksesibilitas. Kesembilan, Pendampingan ujian. “Fasilitas pendampingan selama ujian untuk membantu peserta ujian yang memerlukan bantuan tambahan dalam menyelesaikan ujian mereka,” ujarnya.
Dalam satu hari pelaksanaan tes dilakukan 3 sesi; Pertama, dari pukul 07.30-09.30, Kedua, dari pukul 10.00-12.00, Ketiga, dari pukul 13.00-15.00. “Untuk persesinya terdiri dari 400 peserta. Jadi sehari itu 1200 peserta yang mengikuti ujian CBT,” terangnya.
Ujian CBT jalur mandiri UIN Sunan Gunung Djati Bandung meliputi: Penalaran Matematika, Penalaran Akademik, Literasi Keislaman (Aqidah Akhlak, Fiqh, Qur’an Hadits, Sejarah Peradaban Islam dan Baca Tulis Al-Qur’an), Literasi Membaca (Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris).
Ada 8 orang berkebutuhan khusus mulai dari tuna netra, tuli atau sulit mendengar, disabilitas fisik, disabilitas mental sampai disabilitas intelektual. Kami panitia CBT Ujian Mandiri UIN Sunan Gunung Djati Bandung terus berkomitmen untuk meningkatkan aksesibilitas dan inklusivitas aplikasi. Jika memiliki saran, umpan balik mengenai cara kami agar lebih baik melayani kebutuhan khusus, jangan ragu untuk menghubungi tim dukungan kami,” ujarnya
Rosmiyati, salah satu peserta berkebutuhan khusus fisik, yang memilih program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), Bimbingan Konseling Islam (BKI) dan Manajemen. Alhamdulillah bisa mengisi ujian CBT, yang ramah buat disabilitas, seperti saya. Aplikasinya mudah diakses, aman, nyaman, karena layanan informasi untuk penyandang disabilitas sangat dibutuhkan, ditempatkan pada ruangan khusus dengan adanya pendamping, paparnya.
Perempuan asal Subang ini datang bersama keluarga untuk mewujudkan cita-cita kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bersama orangtua, keluarga sangat mendukung untuk kuliah, alhamdulillah selama sekolah dapat dukungan penuh dari orang terdekat, keluarga, teman-teman, siapa tahu tahun sekarang bisa lolos dan diterima kuliah di UIN Bandung,” harapnya.
Diakuinya, penyandang disabilitas tidak hanya dilayani, diberikan fasilitas, keterlibatan dalam memperbaiki pelayanan dan fasilitas untuk memberikan hak yang sama pada penyandang disabilitas. Fasilitas kampus harus bisa diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas seperti saya. Dalam pelaksanannya fasilitas harus dibuat sesuai kebutuhan dan benar-benar berfungsi tidak dibuat asal-asalan, pungkasnya.
(Indra Jaya)