Infotipikor.com,Purwakarta – Tak hanya mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat,sosok Polisi di Kabupaten Purwakarta ini berhasil membangun pesantren gratis bagi anak yatim piatu. Sosok polisi tersebut yakni, IPDA Budiman.
Perwira Polisi yang akrab disapa Abah Budiman,merintis pembangunan pesantren dari tahun 2015,hingga kini sudah ada 220 santri, 70 santri anak yatim piatu dari berbagai daerah,dan 150 santri umum yang sengaja ingin belajar di Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah, yang berlokasi di Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Purwakarta.
Abah budiman, kini menjabat sebagai Kapolsek Bojong, Purwakarta, ia secara konsisten membagi tugas dan kewajiban antara sebagai Kapolsek dan pimpinan pondok pesantren.
Menurut Kapolres Purwakarta AKBP Edwar Zulkarnain, salah satu anak buahnya ini memang sudah dikenal bukan hanya di tingkat Polda Jawa Barat, Ipda Budiman yang pernah bergabung dengan Buser, Reserse Kriminal dan densus 88, memiliki riwayat keanggotaan yang baik.
“Sosok yang bersahaja, walaupun hanya pangkat Ipda, namun sudah bisa bermanfaat buat orang banyak.Dengan semangat amal ma’ruf, mengabdikan dirinya buat kepentingan pendidikan agama anak-anak tidak/kurang mampu melalui pendirian pesantren, usaha menopang perekonomian, pendirian masjid,” Ucap AKBP Edwar Zulkarnaen, pada Selasa, (7/3).
Edwar menyebut, selama bertugas menjadi anggota Polisi yang kini menjabat sebagai Kapolsek Bojong, Abah tidak melalaikan tugas dan kewajibannya.
Kapolres menilai, Ipda Budiman tetap menjadi seorang Kapolsek dengan segala tanggungjawab kewilayahan, ia juga terus mengembangkan pondok pesantren, bahkan jika terdapat oknum anggota Polisi bermasalah, pondok pesantren ini dijadikan tempat pembinaan bagi oknum Polisi itu.
“Orangnya tidak banyak bicara, namun banyak berbuat,dan bermanfaat buat orang lain. Walaupun saya berpangkat AKBP, namun saya tidak malu belajar dari abah Budiman dalam hal berbuat kebaikan,dan membahagiakan orang lain,” Sebut Edwar.
Abah Budiman dikenal sangat baik oleh para santrinya, namun dibalik kebaikannya itu ada hal yang paling disegani oleh para santri, adalah ketegasannya.
“Abah itu tegas, contohnya jika akan masuk waktu shalat, para santri itu diberi waktu 10 menit sebelum adzan harus sudah ada di mesjid, kalo enggak abah suka ngasih hukuman. Abah bilang itu dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan,” ujar Amanda Zahra salah satu santri anak yatim di Pesantren Madinah Darul Barokah Lodaya Purwakarta.
Amanda warga Purwakarta, sudah 6 tahun tinggal di pondok pesantren itu, sejak ia berusia 12 tahun dan kini sudah berusia 18 tahun. Selama berada di sini, ia tidak dipungut biaya sepeserpun baik pesantren ataupun untuk menganyam pendidik formal.
“Masuk ke sini ketika kelas 1 SMP, sekarang udah lulus SMA. Dulu memang saya ingin pesantren waktu itu ada kenalan polisi ngajak ke Abah, dan baiknya Abah itu menerima tanpa dipungut biaya apapun,” tutur Amanda.
Amanda kini sudah lulus mengayam pendidikan formal dan non formal, namun ia tetap bertahan di pondok pesantren bahkan kini ikut menjadi tenaga pengajar. Ia juga ikut andil dalam segi bisnis yang dimiliki oleh pesantren ini. Mulai dari kafe, mini market, hingga beberapa usaha lain.
“Saya sekarang udah lulus tapi saya berniat untuk membalas budi kepada Abah, selama ini abah sudah baik dan saya tidak bayar apapun selama di sini. Saya ingin mengajar di sini, saya lebih sudah pelajar tentang agama. Abah juga mengajarkan ke para santri berwirausaha. Kita ikut membuka kafe, mini market yang dikelola oleh para santri, harapannya kepada memiliki ilmu selain agama, pendidikan juga ilmu wirausaha,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan oleh Muhammad Jahdan Ulhaq, pria berusia 16 tahun ini merupakan seorang anak yatim warga Bogor, Jawa Barat. Ia sudah 4 tahun tinggal di pesantren setelah salah satu orang tuanya meninggal dunia. Ia dititipkan oleh rekan Abah di Bogor.
Ulhaq panggilan akrabnya menuturkan, ia sangat betah belajar dan tinggal di sini, kehangatan tenaga pendidik dan kenaikan abah menjadi databtariky tersendiri.
“Sejak usai 12 tahun kelas 1 SMP, sekarang masih sekolah SMA di sini sekaligus pesantren, disini saya tidak bayar apapun semua di tanggung sama abah, abah itu baik hatinya, kasih sayangnya menjadikan sebagai pengganti orang tua,” ucapnya.
Ia juga juga sudah berjanji akan menjadi tenaga pengajar di sini usai lulus SMA nanti, kebaikan abah menimbulkan rasa ingin balas budi dari diri para santri.
“Abah suka juga menolong selain kepada para santri, ada orang yang kesusahan Abah suka bantu hingga pernah saya tau abah memberikan uang kepada orang itu,” tutur Ulhaq.
Redaksi | Si Humas Polres Purwakarta